Just after the constitutional crisis in 90s whereby power of the Royal was reduced, land matters were fell in the hand of state government exco, cum appointment of judge is the prerogative of Prime Minister, follow by Linggam case which still in the midst of judgment whereby involved appointment of the judge could be with the involvement of ordinary people acted as the intermediary "abetted" with "high figure with extreme power", and results of the judgement were out of expectation without its logic, therefore the landscape of legislation system was changed. Confidence of the people towards legislation system dropped drastically. Obsolute seperation of power we were uphold so far broken in fraction as if fragile glass. Our question is, are we reached the stage where we have to frequently appeal to the higher court to claim for own fate whereby fairness still unknown. This cartoon thrown the question which still pending for true answer where a judgment merely as the consolation for one party and suit the taste for another party, is that right to pursue with the further action to have " Royal Commission for Royal Commission" to investigate the "real story" behind the case. Such act could has been seen as a joke, perhaps, to our legislation system which is perceived to be "perfect" so far, however, it is far more suitable for our pondering together before it is too late. Who knows, if we still keep silent, one fine day you or me could be the victim of the system which is in doubt.
Sejurus selepas krisis perlembagaan pada tahun 90an di mana kuasa Diraja dikurangkan, hal tanah dijatuhkan ke tangan jawatankuasa kerajaan tempatan, berserta dengan perlantikan hakim merupakan hak prerogatif Perdana Menteri, diikuti dengan kes Linggam yang sedang dalam perbicaraan yang melibatkan perlantikan hakim yang disyaki melibat rakyat biasa yang bertindak sebagai orang tengah "bersubahat" dengan "orang yang lampau kuasanya", dan keputusan penghakiman yang di luar dugaan tanpa munasabahnya, maka lanskap sistem penghakiman telah berubah wajah. Keyakinan rakyat terhadap sistem penghakiman meruncing dengan mendadak. Pengasingan kuasa mutlak yang kita daulatkan selama ini pecah berkecai bagaikan kaca yang rapuh. Persoalannya, adakah sampai pada tahap kita asyik memerlukan rayuan pada mahkamah yang lebih tinggi untuk mengadu nasib yang masih belum tahu dapat pengadilannya. Kartun ini melemparkan pertanyaan yang mungkin tidak dapat jawapan yang sahih di mana satu penghakiman itu sekadar sebagai sagu hati untuk satu pihak dan yang bersesuaian dengan cita rasa satu pihak yang satu lagi, wajarkah kita berlanjutan dengan tindakan untuk mengadakan "Suruhanjaya Diraja atas Suruhanjaya Diraja" untuk menyiasat "kisah sebenar" sesuatu kes. Walaupun perbuatan ini diperlihatkan mungkin mempersenda sistem penghakiman kita yang selama ini dianggap "sempurna", tetapi ia adalah lebih daripada wajar untuk rendungan kita bersama sebelum terlambat. Siapa tahu, kalau kita masih membisu, mungkin satu hari nanti engkau ataupun saya pula menjadi mangsa kelak bagi sistem yang dipertikaikan.
No comments:
Post a Comment